BAB I
PENDAHULUAN
A
. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama
pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia
balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah
satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) .
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit
ISPA (Anonim,2009
Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab
pemerintah. Namun sistem yang terkandung di dalamnya turut membantu mencari
inovasi yang baru, termasuk masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai kesehatan juga menjadi pemicu penyebab masalah kesehatan, khususnya
ISPA. Penderita ISPA tiap tahun selalu mangalami peningkatan. Hal ini dapat
dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga
pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang
menyebabkan tingkat kesehatan kurang diperhitungkan.
Pemerintah bisa melakukan banyak strategi untuk mencegah
peningkatan masalah kesehatan khususnya ISPA. Upaya yang dapat dilakukan
misalnya saja promosi kesehatan mengenai nutrisi yang baik dan seimbang,
istirahat yang cukup dan kebersihan.
B.
Tujuan
Menjelaskan
proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA).
C . Rumusan Masalah
Bagaimana
proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA)?
D . Manfaat
Mengetahui
proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A . ISPA
I.
PENGERTIAN
ISPA
merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran
pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnyasepertsinus,ruangtelingatengahdanselaputparu.
ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yangdapatberujungpadakematian.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yangdapatberujungpadakematian.
Menurut Program Pemberantasan
Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golonganyaitu pneumonia danyangbukan pneumonia.
Pneumonia dibedakan
atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat
danpneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian ataslainnyadigolongkansebagaibukan pneumonia.
Etiologi
dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik
penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kumanyangterhirupolehorangsehatkesaluranpernapasannya.
Kelainan
pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area
pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh
virus, sering terjadi pada semua golonganmasyarakatpadabulan-bulanmusimdingin.
II.
KLASIFIKASI
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran
pernapasan akut :
ISPA atas : Rinitis,
faringitis,Otitis
ISPA
bawah : Laringitis
,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia.
III.TANDA TANDA
Pada umumnya suatu
penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala
yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih
berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkanpenatalaksanaan
yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat
cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidakjatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea,
napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung,
cyanosis, suara napas lemah atau hilang,grunting expiratoirdanwheezing.
• Pada sistem cardial
adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dancardiacarrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang,
sakit kepala, bingung, papil bendung,kejangdancoma.
• Padahalumumadalah:letihdan berkeringat
banyak.
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume
yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing
IV.
ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis
bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus
Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan
Korinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
Menurut
berbagai literatur, bakteri dan virus penyebab ISPA, diantaranya bakteri
"stafilococus" dan "streptococus" serta "virus
influensa" dan "sinsitialvirus" di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya
lemah, misalnya pada saat perubahan musim panas ke musim hujan. Bentuk saluran
pernapasan bagian atas pada anak-anak berbeda dibandingkan dengan orang dewasa,
yaitu bentuk lidah pada anak lebih besar, "nasofaring" dan
"orofaring" atau ruang yang menghubungkan antara hidung dan mulut
relatif pendek dan sempit.
Sehingga apabila terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada jaringan tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi karena bakteri dan virus di daerah tersebut maka kemungkinan peradangan menjadi parah semakin besar dan cepat.
Sehingga apabila terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada jaringan tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi karena bakteri dan virus di daerah tersebut maka kemungkinan peradangan menjadi parah semakin besar dan cepat.
Infeksi pada saluran pernapasan tersebut, dapat menjalar ke paru-paru,
danmenyebabkan sesak atau pernapasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang,
anak menjadi kejang bahkan bila tidak segera ditolong bisa menyebabkan
kematian.
1. Virus
Utama: - ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3
corona virus,adeno virus
2. Bakteri
Utama : Streptococus,pneumonia, haemophilus influenza Staphylococcus
aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda:Chlamidia
trachomatis, pada anak usia sekolah: Mycoplasma pneumonia.
V.
FAKTOR RESIKO
Faktor diri (host) :
umur,jenis kelamin,status gizi,kelainan
congenital,imunologis, BBLR dan premature.
Faktor
lingkungan : Kualitas perawatan orang tua,asap rokok,keterpaparan
terhadap infeksi,social ekonomi,cuaca dan polusi udara.
VI. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3
tahap yaitu :
1.Tahap prepatogenesis :
penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap
inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap
dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Suportif
: meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian
multivitamin dll.
2. Antibiotik
:
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada
S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
-
Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu
kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat :
Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
-
Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon
dll.
B. ASUHAN
KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
a.Identitas Pasien
Umur :
Kebanyakan
infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun,
terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak
pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih
lanjut(Anggana Rafika, 2009).
Jenis kelamin
:
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada
usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).
Alamat : Kepadatan hunian seperti luar
ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.
Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded)
mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab
terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas
udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun
kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam
rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA
anak
Jenis kelamin :
Agama :
Suku :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Tgl masuk :
Penangung jawab :
Diagnosa masuk :
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan
Utama:
Klien mengeluh demam
2) Riwayat
penyakit sekarang:
Dua
hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3) Riwayat
penyakit dahulu:
Klien sebelumnya belum pernah mengalami penyakit sekarang
4) Riwayat
penyakit keluarga:
Menurut anggota orang tua anak ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
5) Riwayatsosial: Orang tua klien
mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
Pemeriksaan
penunjang :
B1 (Breath) :
1) Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
2) Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
Suara paru normal (resonance)
Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi
B3
(Brain) :
penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan penciuman
B4
(Bladder): perkemihan Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan
tidak habis Minum sedikit, nyeri telan
pada tenggorokan
B6 (Bone) :
Warna kulit kemerahan
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan
kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman,
2) Pemeriksaan hitung
darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya
leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
3) Pemeriksaan foto
thoraks jika diperlukan
4) Pemeriksaan laboraturium
·
HB
·
LED
·
Hematokrit
·
Trombosit
·
MCV
·
Dif
count
·
Urin
PH
·
Ureum
·
Kreatinin
·
SGOT
·
SGPT
·
Na
·
Kalium
·
C1
·
AGD
·
PCO2
·
ECG
·
Radiologi
2 . DIAGNOSA
I . Peningkatan suhu
tubuh bd proses infeksi
Tujuan :
Suhu tubuh normal
berkisar antara 36 – 37, 5 ‘ C
II. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreks
Tujuan:
Klien dapat mencapai BB yang direncanakan
mengarah kepada BB normal.
Klien dapat
mentoleransi diet yang dianjurkan.
Tidak
menunujukan tanda malnutrisi.
III. Nyeri akut b.d
inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan :
Nyeri berkurang / terkontrol
IV.Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan
sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)
Tujuan:
Tidak terjadi penularan
Tidak terjadi komplikasi
3 . INTERVESI KEPERAWATAN
I . INTERVENSI
NIC
1.Observasi
tanda – tanda vital
2.Anjurkan pada klien/keluarga umtuk
melakukan kompres dingin ( air biasa) pada
kepala /axial
3.Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian
yang tipis dan yang dapat menyerap
keringat
seperti terbuat dari katun.
4.Atur sirkulasi udara.
5.Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 –
2500 ml/hr.
6.Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
selama fase febris penyakit
7.Kolaborasi dengan dokter :
• Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
• antipiretik
• Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
• antipiretik
RASIONALISASI
1.Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan
1.Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya.
2.Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan
2.Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan
panas dengan bahan perantara
.
3.Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan
3.Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan
menyerap keringat.
4.Penyedian udara bersih.
5.Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
6.Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas
5.Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
6.Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas
7.Untuk mengontrol
infeksi pernapasan
Menurunkan panas
Menurunkan panas
II . INTERVENSI
NIC
1.Kaji kebiasaan
diet, input-output dan timbang BB setiap hari
2.Berikan makan
pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat
3.Beriakan oral
sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu
danciptakan
lingkungan beersih dan menyenamgkan.
4.Tingkatkan tirai baring.
5.Kolaborasi
Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
4.Tingkatkan tirai baring.
5.Kolaborasi
Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
RASIONALI
1.Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori
menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
2. Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total
3. Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan
menyenangkan.
4.Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic
5.Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan
pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
III . INTERVENSI
NIC
1.Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
1.Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
2.Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap
debu, bahan kimia, asap,rokok.Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila
suara serak.
3.Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat
4.Kolaborasi
5 Berikan obat sesuai indikasi
• Steroid oral, iv, & inhalasi
• analgesic
• Steroid oral, iv, & inhalasi
• analgesic
RASIONAL
1.Identifikasi
karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan
dari terapi yang diberikan.
2.Mengurangi bertambah beratnya penyakit
3.Peningkatan sirkulasi pada daerah
tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
4.Kortikosteroid digunakan untuk
mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran
histamine dalam inflamadi pernapasan.
5. Analgesic untuk mengurangi rasa
nyeri
IV . .INTERVENSI
NIC
1.Batasi pengunjung sesuai indikasi
2.Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
3.Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera
1.Batasi pengunjung sesuai indikasi
2.Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
3.Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera
ketempat sampah
4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita
4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita
penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti
oksidan jika
kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang
5.Kolaborasi Pemberian obat sesuai hasil kultur
5.Kolaborasi Pemberian obat sesuai hasil kultur
RASIONAL
1.Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.
2.Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki
pertahanan
klien
terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
3.Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan
4.Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan
terhadap
infeksi
5.Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan
kultur dan
sensitifitas
/atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi
4
. IMPLEMENTASI
I
. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
·
Mengukur
tanda tanda vital
·
Mengompres
kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin
·
Memerikan
penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian berbahan tipis
·
Memberikan
obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu
II.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
·
Membantu
jenis dan makanan yang dimakan klien
·
Membuat
catatan makanan harian
·
Monitor
lingkungan selama klien makan.
·
Monitor
intake nutrisi
III
. Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil
·
Tingkatkan
istirahat
·
Berikan
informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab nyeri berapa lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidak nyamanan dari prosedur
·
Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
IV
. Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder
·
Membatasi
pengunjung
·
Mempertahankan
teknik isolasi
·
Memperbanyak
istirahat
5
. EVALUASI
Evaluasi
addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi
yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1.
Suhu tubuh pasien dalam rentang
normal antara 36 -37,5 C
2.
Klien dapat mencapai
BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
3.
Nyeri hilang atau terkontrol
4.
Tidak terjadi komplikasi pada klien
DAFTAR
PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit,
Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC :
Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC :
Jakarta.
DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed.
3.EGC : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed.
3.EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC :
Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC :
Jakarta.
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI :
Jakarta.
Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC,
Jakarta.